Jumat, 16 November 2012

Ketika Benda-Benda Langit Ini Sejajar

Rabu, 14 November 2012 kemarin, sebuah peristiwa astronomis terjadi. Gerhana matahari total. Gerhana ini memang tidak dapat disaksikan dari Indonesia bagian tengah dan barat, hanya wilayah timur seperti, Jayapura, Kupang, Maluku, Ambon, dan Ternate yang dapat menyaksikannya meski tidak secara lengkap. Seperti halnya gerhana matahari yang lain, gerhata matahari Rabu kemarin juga akan diikuti dengan gerhana bulan. Tepatnya, 28 November 2012 nanti akan terjadi gerhana bulan penumbra.

Fase awal saat bulan perlahan menutupi piringan matahari, foto diambil dari Maitland Downs, Queensland, Australia (foto Robert Hollow/CSIRO)

Jumat, 02 November 2012

Problematika Listrik, Antara Kebutuhan dan Dampak Lingkungannya



Duaaaarrrrr!!
 .
Suara ledakan yang terdengar siang itu cukup mengagetkan banyak warga yang sebagian tengah beristirahat. Termasuk anak sulung saya yang sedang tidur siang, terbangun dengan nyaris terloncat karena kaget. Ledakan itu bukan ledakan bom akibat ulah sekelompok teroris, tetapi ledakan trafo listrik yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumah.
 .
Meskipun tidak ada insiden lanjutan, seperti kebakaran, tak urung meledaknya trafo listrik tersebut tetap menimbulkan kehebohan. Terutama kehebohan karena jaringan listrik dari PLN yang mendadak mati total dalam waktu yang cukup lama, setidaknya sejak pukul 2 siang hingga hampir pukul 9 malam. Menurut informasi yang beredar, meledaknya trafo diakibatkan beban listrik kelewat besar (sekedar catatan, masih ada “pencuri listrik” di wilayah saya).

Listrik sebagai kebutuhan primer (photo by yswitopr)
Tak dapat dipungkiri, ketergantungan masyarakat masa kini terhadap listrik memang sangat tinggi. Selama 24 jam penuh, aktivitas manusia seakan tergantung penuh dengan listrik. Listrik tidak lagi sekedar menjadi kebutuhan sekunder, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer. Jika dulu listrik sekedar sebagai alat penerangan, saat ini hampir seluruh aktivitas manusia tergantung listrik.
 .
Berawal dari penemuan Micahel Faraday, ilmuwan Fisika dan Kimia Inggris, yang berupa generator, babak awal industri listrik pun dimulai. Prinsip dasar pembangkitan listrik pada generator adalah menggerakan sebuah kumparan di daerah medan magnetik (atau sebaliknya) sehingga timbul arus listrik induksi. Disinilah muncul kebutuhan tenaga penggerak untuk memutar turbin generator yang dapat menghasilkan energi listrik dalam skala besar.
.
Air sebagai tenaga penggerak pada PLTA (photo by Aryani)

Beberapa tenaga penggerak telah disediakan oleh alam. Sebut saja tenaga penggerak oleh aliran air, angin, atau gelombang pasar surut air laut. Namun rupanya tenaga penggerak alami ini belum cukup memenuhi kebutuhan listri yang semakin besar, sehingga muncul alternatif tenaga uap. Tenaga uap bisa dihasilkan dari proses pemanasan yang membutuhkan bahan bakar. Lagi-lagi kita mencarinya dari alam, batu bara dan panas bumi misalnya. Sayangnya sumber bahan bakar batu bara kian menipis di muka bumi ini, karena kita ketahui bahwa batu bara adalah bahan bakar fosil yang pembentukannya membutuhkan waktu berjuta-juta tahun. Ongkos produksi listrik kian besar seiring terbatasnya pasokan batu bara, belum lagi masalah polusi yang ditimbulkan dari pembakaran batu bara ini. Hal inilah yang kemudian mendorong banyak pihak untuk mencari alternatif lain. Muncullah alternatif pembangkit listrik tenaga nuklir dan tenaga surya. Tenaga surya mulai banyak dikembangkan meskipun belum dalam skala besar. Bagaimana dengan nuklir?
.
Energi nuklir dihasilkan dari reaksi pembelahan inti berat menjadi inti yang lebih ringan dengan cara ditembak dengan partikel seperti neutron (reaksi fisi). Dalam reaksi fisi, energi yang dihasilkan memang cukup besar, sehingga zat radioaktif semacam uranium yang diperlukan tidak terlalu banyak. Itulah sebabnya banyak pihak yang mengatakan bahwa ongkos produksi listrik dari PLTN lebih murah dengan tingkat polusi relatif kecil (dengan catatan jika tidak terjadi kebocoran reaktor). Karenanya, banyak negara-negara di dunia yang memproduksi listriknya dengan memanfaatkan nuklir. Indonesia sendiri, sejauh ini belum memanfaatkan nuklir untuk produksi listriknya. Meskipun dalam faktanya kita memiliki dua reaktor nuklir di BATAN Bandung dan Serpong yang dimanfaatkan pula untuk pembangkit listrik dalam skala kecil (bukan untuk konsumsi masyarakat luas) dan sekedar sebagai sarana penelitian.
.
Beberapa faktor menjadi penyebab mengapa Indonesia belum memiliki PLTN hingga saat ini. Salah satu faktor terbesar adalah reaksi masyarakat yang menolak keberadaan PLTN di Indonesia. Berlebihankah sikap masyarakat kita dalam menyikapi opsi pembangunan PLTN? Mari kita runut peristiwa Chernobyl tahun 1986. Peristiwa ledakan reaktor nuklir yang terletak di Ukraina ini menyisakan radiasi nuklir yang membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya. Peristiwa lain adalah peristiwa yang terjadi pada reaktor nuklir Fukushima Daiichi, sekitar satu setengah tahun yang lalu akibat gempa besar yang mengguncang Jepang. Bencana di Fukushima memang tidak sedahsyat peristiwa Chernobyl. Meskipun demikian, toh, nyatanya, pencemaran radioaktif masih berlangsung hingga kini seperti dilansir oleh VOA, Ikan Dekat Fukushima Masih Tercemar Radioaktif. Berita yang diturunkan VOA pada tanggal 26 Oktober 2012 ini menyebutkan bahwa kebocoran dari reaktor nuklir yang rusak terus mencemari laut Jepang dan mengakibatkan 40% ikan yang hidup di dasar laut terkontaminasi radioaktif hingga di atas ambang keselamatan yang diijinkan untuk konsumsi manusia. Peristiwa ini tentunya semakin menguatkan alasan penolakan pembangunan PLTN di Indonesia, apalagi, secara geologis antara Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan. Indonesia dan Jepang sama-sama negara rawan gempa. Perlu dicatat, bencana Fukushima dipicu oleh peristiwa gempa besar yang disertai tsunami.
.
Penolakan pembangunan PLTN tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain yang notabene sudah memiliki PLTN. Tak kurang, para aktivis lingkungan hidup juga menyerukan soal penolakan PLTN, mengingat resiko pencemaran radioaktif yang dihasilkan apabila terjadi insiden seperti peristiwa Chernobyl dan Fukushima.
.
Kincir angin (photo by Inge Ngotjol)
Sebuah polemik yang cukup panjang memang, ketika di satu sisi kehidupan manusia bergantung pada listrik, namun di sisi lain, efek sampingan dari produksi listrik justru mengancam keselamatan manusia. Mungkin sebaiknya negara perlu mendorong berkembangnya sistem listrik mandiri, sehingga beban PLN tidak begitu besar. Petakan kondisi geografis wilayah Indonesia, mana-mana saja yang sekiranya bisa memanfaatkan energi alam untuk penggerak turbin pembangkit listrik. Dengan begitu, ongkos produksi murah, ancaman terhadap lingkungan dan kehidupan bisa diminimalisir. Jika di sebuah daerah memiliki potensi untuk mengembangkan sistem listrik hidro, dorong dan dukung masyarakat untuk secara mandiri membuat “PLTA” skala kecil, sekedar untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayahnya. Jika yang lebih memungkinkan adalah tenaga angin, terapkan hal yang serupa. Sehingga, PLN cukup memasok listrik untuk wilayah tertentu yang tingkat kebutuhan listriknya sangat besar, misalnya, atau yang kebutuhan listriknya belum seluruhnya bisa terpenuhi dari pembangkit mandiri di wilayah tersebut.  Semoga saja jalan keluar bisa segera ditemukan, pasokan listrik terpenuhi, lingkungan hidup tidak terancam.

Selasa, 02 Oktober 2012

Aliran Air di Mars, Menyoal Kembali Keberadaan Kehidupan di Luar Bumi

Planet merah memang selalu menarik untuk dikaji dan dieksplorasi. Bukan saja dilihat dari sisi astronomi, tapi dari dunia non astronomi pun Mars menjadi planet yang banyak menarik perhatian. Contohnya dalam dunia perfilman, yang seringkali menggunakan Mars sebagai "lokasi" film bertema makhluk asing alias alien.Daya tarik Mars memang seakan menghipnotis banyak orang.


Berbagai wahana peneliti sudah diluncurkan untuk menyelidiki planet tetangga yang berjarak 54,6 juta kilometer (pada jarak terdekat) dan 401 juta kilometer (pada jarak terjauh) dari Bumi. Wahana teranyar adalah Curiosity yang diluncurkan pada tanggal 26 November 2011 dan berhasil mendarat di Mars pada tanggal 6 Agustus 2012. Salah satu tugas Curiosity adalah mencari jejak kehidupan di Mars dan mencari kemungkinan untuk melakukan pendaratan manusia di sana. Ya, era pendaratan manusia di Bulan telah berlalu, kini saatnya era eksplorasi Mars yang diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang seringkali terlontar dalam benak manusia, adakah kehidupan di luar Bumi?

Selasa, 28 Agustus 2012

Neil Armstrong dan Kontroversi Pendaratan Manusia di Bulan

Wafatnya Neil Armstrong, astronot Amerika pada Sabtu, 25 Agustus di Ohio, sontak mengejutkan dunia astronomi. Bukan saja karena nama besar yang disandang astronot yang dikenal rendah hati ini, namun juga soal kisah pendaratan di Bulan pada 20 Juli 1969.


Awak Apollo 11 saat pra peluncuran menuju Bulan (dok. NASA)
Awak Apollo 11 saat pra peluncuran (dok. NASA)
Misi Apollo untuk pendaratan di Bulan sebenarnya tidak hanya dilakukan dengan Apollo 11 saja. Masih ada 5 misi Apollo lanjutan yang melakukan pendaratan di Bulan, meskipun yang paling dikenal tentunya Apollo 11, sebagai wahana pertama yang menjejakkan kaki. Dengan wahana inilah, Neil Armstrong bersama kedua rekannya, Edwin Aldrin dan Michael Collins, melakukan penjelajahan luar angkasa ke Bulan. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi Amerika Serikat saat itu, karena persaingannya dengan Uni Sovyet, termasuk dalam bidang astronomi, berhasil menancapkan nama Amerika Serikat sebagai negara pertama yang berhasil mengirimkan manusia ke Bulan.
Sayangnya, gegap gempita pendaratan Bulan diwarnai berbagai isu tak mengenakkan. Pendaratan di Bulan hanya hoax belaka. Isu ini yang terus dihembuskan hingga kini oleh kelompok yang tidak mempercayai

Minggu, 27 Mei 2012

Saat Venus 'Mencumbu' Matahari


Banyak peristiwa astronomi menarik yang terjadi di tahun 2012 ini. Ada supermoon, fase bulan purnama yang terjadi saat bulan berada di titik perigee. Ada gerhana matahari cincin, yang disebabkan oleh konjungsi bulan saat berada di titik apogee. Kemudian ada pula gerhana matahari total November nanti. Gerhana bulan juga akan turut menyemarakkan langit malam di bulan Juni. Peristiwa gerhana matahari, gerhana bulan, maupun fase supermoon bisa kita katakan sebagai peristiwa yang sudah sering didengar dan diamati. Namun ada peristiwa lain yang bisa kita saksikan dimana tidak semua orang dalam perjalanan hidupnya bisa mengamati. Transit Venus!

Senin, 14 Mei 2012

Sayap Burung, Inspirasi dan Ambisi Wright Bersaudara


Tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 pada hari Rabu, 9 Mei menghenyakkan banyak orang. Pesawat yang terbilang “fresh from oven” ini menabrak lereng gunung Salak, meledak, dan hancur berkeping-keping. Berbagai spekulasi tentang jatuhnya pesawat pun muncul di muka publik. Ada yang menganggapnya sebagai upaya sabotase, human error, hingga masalah alam yang tak bersahabat. 

LAPAN (Lembaga Antariksan dan Penerbangan Nasional) sendiri sempat melansir tentang kondisi awan saat hari H jatuhnya pesawat. Dimana menurut data satelit terlihat adanya awan cumulonimbus (CB) yang cukup tebal saat itu. Awan ini merupakan awan penghasil hujan yang cukup membahayakan penerbangan, karena bisa diikuti dengan munculnya kolom arus udara turun yang disebut sebagai  downburst. Kondisi ini dapat menghempaskan pesawat ke bawah dengan kecepatan cukup tinggi.

Minggu, 08 April 2012

Cinta Segitiga Spica di Rasi Virgo

Spica terlibat cinta  segitiga dengan Saturnus dan Luna. Ketiganya mengadu pada Virgo, sang perawan. Entah apa yang dikatakan Virgo, tapi yang jelas Luna kemudian menjauh dari Spica dan Saturnus. Patah hatikah Luna? Entahlah.....

Sabtu, 31 Maret 2012

Astronot Pun Ikut Berpartisipasi Dalam “Earth Hour” 2012

Cahaya lampu di atas benua Eropa, dilihat dari ISS.
Bintik terang sebelah kiri adalah kota Paris (kredit : ESA/NASA)

Sudah bersiap untuk terlibat dalam aksi Earth Hour? Pemadaman lampu selama 1 jam dan dilakukan di seluruh penjuru dunia ini merupakan sebuah aksi peduli bumi. Bumi yang kian panas, krisis energi, dan polusi (termasuk polusi cahaya lampu) merupakan sejumlah permasalahan lingkungan yang harus diperhatikan secara serius. Aksi yang meski hanya satu jam, tapi terbukti mampu menghemat energi listrik beribu-ribu (mega)watt,

Selasa, 13 Maret 2012

Benarkah Arah Kiblat Kita? Sebuah Catatan: Sang Nabi Pun Berputar

Benarkah arah kiblat kita saat menunaikan ibadah shalat? Letak geografis Indonesia yang berada di sisi timur wilayah Saudi Arabia secara otomatis membuat kita menunjuk arah barat sebagai arah kiblat. Tidak salah memang, tapi belum tentu tepat. Beberapa waktu lalu persoalan arah kiblat sempat ramai dibicarakan seiring ramainya pembicaraan mengenai banyaknya arah kiblat masjid-masjid di Indonesia yang dikatakan tidak/kurang tepat.