Rabu, 19 Oktober 2011

[Episode 2012] Badai Matahari Yang Menjilat Bumi


Perlindungan magnetosfer Bumi dari badai Matahari (nasa.gov)
Teori kiamat memang selalu menarik. Entah berapa kali dalam kurun waktu berbeda, banyak orang yang meramalkan kiamat akan datang di tahun ini, di tahun itu. Awal tahun 2000, kiamat juga sempat menjadi topik bahasan tersendiri, saat sekelompok orang meyakini datangnya kiamat pada tanggal 9-9-1999. Tahun terus berlalu, teori kiamat kembali muncul berangkat dari siklus sebuah kalender. Kalender suku Maya dan ramalan bangsa Sumeria. Haruskah kita percaya begitu saja, ramalan kiamat ini? Sekali lagi, setiap awal pasti ada akhir. Tapi akhir dari kehidupan mutlak rahasia sang Pencipta. Semoga episode 2012 ini bisa memberikan manfaat bagi kita.
***
Dalam tulisan sebelumnya,  sudah disinggung mengenai fenomena badai matahari. Konon badai matahari yang dihasilkan dari flare berkekuatan 100 milyar bom atom akan mengakibatkan pembalikan kutub magnet Bumi.Benarkah flare membahayakan kehidupan Bumi? Ya, tapi sejauh apa? Dan kerusakan macam apa yang ditimbulkan?

Flare dan Badai Matahari
Struktur Matahari (langitselatan.com)

Flare adalah ledakan di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet di permukaan Matahari. Biasanya di tempat terjadinya letusan flare juga timbul CME (Coronal Mass Ejection) atau semburan massa korona. Aktivitas inilah yang menyebabkan badai Matahari, dimana badai ini berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Aktivitas ini meningkat secara berkala dengan siklus 11 tahunan. Siklus berikutnya, (siklus ke-24) kebetulan diperkirakan terjadi di tahun 2012.

Flare tahun 2006 (nasa.gov)

Flare pertama kali diamati pada tahun 1859 oleh dua orang astronom amatir dari Inggris, Richard Christoper Carrington dan Richard Hodgson. Pada tanggal 1 September 1859 mereka menemukan fenomena adanya peningkatan kecerlangan di sebuah titik/daerah di permukaan Matahari, yang kemudian diketahui sebagai flare. Flare yang muncul di tahun 1859 dikategorikan sebagai White Light Flare, dimana flare jenis ini memancarkan cahaya tampak yang lebih kuat dari biasanya. Bahkan, flare di tahun 1859 mengakibatkan terjadinya aurora yang sangat besar meliputi 2/3 Bumi, hingga ke ekuator dan sangat indah.
Ya, inilah “efek” dari badai Matahari. Menampakkan fenomena alam yang dikenal dengan nama aurora atau tirai cahaya di langit utara dan selatan (di daerah-daerah dekat kutub). Aurora terjadi karena proses ionisasi partikel-partikel bermuatan yang disemburkan matahari saat flare terjadi. Proses ionisasi sinar X, sinar gamma, dan UV dari flare ini terjadi di ionosfer, yaitu lapisan atmosfer yang terletak pada ketinggian 80 - 450 km  di atas permukaan Bumi.
Aurora (Shawn Malone/space weather)

Aurora dengan bentuk seperti pita (langitselatan.com)
Tampilan lain aurora (Valentin-Jiganov)
Partikel-partikel bermuatan dari flare diarahkan oleh medan magnetik Bumi dan bergerak sesuai dengan garis-garis medan magnetik menuju kutub utara dan kutub selatan. Aurora yang muncul di dekat kutub utara dinamakan aurora Borealis, sedangkan yang muncul di sisi selatan dinamakan aurora Australis.

Hmm, jadi beruntunglah kita karena Bumi memiliki perisai kuat untuk melindungi makhluknya dari deraan ‘hujan’ partikel bermuatan ini. Perisai itu adalah magnetosfer atau medan magnetik Bumi. Perlu diketahui, tidak semua planet di tata surya ini memiliki medan magnet yang kuat seperti Bumi, bahkan beberapa di antaranya sama sekali tidak memilikinya.
Letupan flare Matahari terhebat yang pernah terjadi memang berkekuatan 100 milyar ledakan bom atom. Flare pembunuh memang pernah ditemukan di sebuah bintang bernama Il Pegasi. Bintang ini adalah bintang raksasa merah yang memiliki pasangan. Flare yang teramati pada tahun 2006 oleh observatorium Swift milik NASA ini berkekuatan 20 juta milyar bom atom dan berada pada jarak 135 tahun cahaya. Seandainya flare ini terjadi di Matahari, maka musnahlah kehidupan di Bumi. Tapi sekali lagi, flare pembunuh ini tidak terjadi di Matahari, Matahari kita saat ini belum berevolusi menjadi bintang raksasa merah dan tidak memiliki pasangan seperti Il pegasi! Flare Matahari memang memberikan dampak membahayakan bagi kita, tapi tidak membunuh.
Hal yang perlu diwaspadai saat badai Matahari tiba adalah kemungkinan putusnya jaringan listrik dan komunikasi global. Tahun 1989, badai Matahari menyebabkan putusnya jaringan lisrik di Quebec Canada selama 9 jam. Satelit-satelit juga dapat rusak karena serangan badai matahari seperti yang pernah terjadi di tahun 1994, dua satelit komunikasi Anik milik Canada rusak berat. Bahkan di tahun 2005, United Airlines 26 terpaksa mengalihkan rute penerbangannya menjauhi kutub karena dikhawatirkan badai matahari yang terjadi saat itu mengakibatkan black out (padam sementara) di frekuensi HF radio pesawat. Efek langsung yang membahayakan pada kehidupan manusia, hanya terjadi ketika saat terjadinya badai kita berada di ruang angkasa sana. Resiko ini di terima oleh para astronout tentunya. Jadi, sekali lagi, para ahli fisika Matahari mengatakan bahwa flare dari siklus 11 tahunan yang diperkirakan terjadi antara tahun 2012 - 2013 hanyalah peningkatan aktivitas yang biasa, bukan sebuah ancaman. Bahkan beberapa ahli justru menemukan data peningkatan siklus kali ini termasuk dalam skala minimum.
Ancaman bagi kehidupan di Bumi yang berasal dari Matahari akan datang saat Matahari kehabisan bahan bakar hidrogen dan menjelma menjadi red giant…..
Diolah kembali dari : nasa.gov, langitselatan.com, Fisika Untuk SMA
Episode sebelumnya :

Ditulis oleh : Hesti Edityo & Michael Sendow, posted at Kompasiana (08 July 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar