Sabtu, 29 Oktober 2011

Saat Siang atau Malam Lebih Lama di Belahan Lain

(dok. deposit photos)
Pukul 18.00, Matahari seakan kembali masuk ke peraduan. Hari pun perlahan menjadi gelap, siang beranjak pergi diganti malam. Tapi, pernahkah anda melihat Matahari masih begitu benderang, pada jam tersebut? Pernahkah anda menyaksikan Matahari terbenam pukul 21.00? Kita yang ada di Indonesia atau tinggal di wilayah yang dilintasi khatulistiwa tentunya tidak pernah menyaksikan hal ini. Kecuali kita pernah berkunjung atau tinggal di sisi selatan atau utara Bumi, maka kita akan merasakan siang yang jauh lebih panjang dibanding malam atau sebaliknya. Kenapa demikian?

Gerak Semu Tahunan Matahari

Seperti yang kita tahu, Bumi kita selalu setia mengitari Matahari dalam periode 1 tahun (tepatnya 365,25 hari). Tapi jika dilihat dari Bumi, maka seolah-olah Matahari yang berubah posisi. Saat ini Matahari terlihat berada di rasi Cancer, saat lebaran nanti posisi Matahari berada di dekat rasi Leo. Posisi Matahari berdasarkan latar belakang rasi bintang akan terus berubah sepanjang tahun. Berubahnya posisi Matahari inilah yang disebut sebagai gerak semu tahunan Matahari.
Diagram gerak semu tahunan Matahari

Dalam gerak semunya, Matahari akan tampak bergerak dari khatulistiwa (equator) antara 23,5° lintang utara dan lintang selatan (lihat diagram). Pada tanggal 21 Maret - 21 Juni, Matahari bergeser dari khatulistiwa menuju ke utara dan akan berbalik arah setelah mencapai 23,5° lintang utara dan kembali bergerak menuju khatulistiwa. Setelah itu, Matahari akan tampak bergerak ke selatan dan berbalik arah setelah mencapai 23,5° lintang selatan.  Mengapa Matahari selalu berbalik pada posisi 23,5° lintang? Ini berkaitan dengan kemiringan poros Bumi. Perhatikan globe dunia yang sering dibuat miring pada bagian porosnya, seperti itulah pula posisi Bumi. Miring sejauh 23,5° terhadap garis yang tegak lurus bidang ekliptika atau bidang edar Bumi.
Poros globe yang miring, seperti poros Bumi

Pergantian Musim dan Perubahan Lamanya Siang dan Malam
Kemiringan poros Bumi dan gerak Bumi mengitari Matahari mengakibatkan terjadinya perubahan iklim sepanjang tahun di daerah iklim sedang (daerah  yang berada di sekitar 23,5° lintang) dan lamanya siang dan malam. Perubahan lamanya siang dan malam tidak berlaku untuk daerah yang berada dekat 0° lintang atau berada di equator (khatulistiwa) seperti di Indonesia. Daerah-daerah di sekitar equator tetap mengalami siang dan malam sama lamanya sepanjang tahun.
Untuk daerah iklim sedang hanya mengalami siang dan malam sama lamanya pada saat Matahari berada pada titik Vernal Equinox (sekitar tanggal 21-22 Maret) dan Autumnal Equinox (sekitar tanggal 22-23 September). Di luar tanggal-tanggal tersebut maka perlahan lamanya siang dan malam berubah untuk daerah iklim sedang. Untuk saat ini, Matahari cenderung berada di sisi utara Bumi. Atau dengan kata lain, kutub utara Bumi lebih condong ke Matahari dibandingkan kutub selatannya. Itulah mengapa, saat ini di belahan Bumi utara (BBU) mengalami siang lebih lama dibandingkan malamnya. Musim pun berganti dari fase musim semi/spring (tanggal 21 Maret - 21 Juni) ke fase musim panas/summer (tanggal 21 Juni - 23 September) untuk belahan utara. Sebaliknya di belahan selatan (BBS), malam lebih lama dibandingkan siang dan mereka yang berada di sana sedang merasakan musim dingin (winter).
Seasonal variations (dok. NASA)

Setelah melewati titik Autumnal Equinox, berganti kutub selatan yang condong ke arah Matahari, dan kutub utara menjauhi Matahari. Musim pun kembali berubah, sisi selatan memasuki musim semi (23 September - 22 Desember) dan berlanjut ke musim panas (22 Desember - 21 Maret). Sebaliknya sisi utara memasuki musim gugur dan berlanjut ke musim dingin. Siang yang lebih lama pun dirasakan oleh mereka yang berada di belahan selatan pada fase ini.
*-*-*
Ditulis ulang dengan editing seperlunya dan pernah dipublikasikan di Kompasiana, 5 Agustus 2011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar