Selasa, 13 Maret 2012

Benarkah Arah Kiblat Kita? Sebuah Catatan: Sang Nabi Pun Berputar

Benarkah arah kiblat kita saat menunaikan ibadah shalat? Letak geografis Indonesia yang berada di sisi timur wilayah Saudi Arabia secara otomatis membuat kita menunjuk arah barat sebagai arah kiblat. Tidak salah memang, tapi belum tentu tepat. Beberapa waktu lalu persoalan arah kiblat sempat ramai dibicarakan seiring ramainya pembicaraan mengenai banyaknya arah kiblat masjid-masjid di Indonesia yang dikatakan tidak/kurang tepat.


Muh. Ma'rufin Sudibyo, kompasianer yang juga acapkali menjadi narasumber kompas.com terkait fenomena astronomi mengangkat persoalan kiblat ini pada buku perdananya, Sang Nabi Pun Berputar :Arah Kiblat dan Tata Cara Pengukurannya. Sosok yang suka menatap bintang (begitulah yang tertulis di profilnya di Kompasiana) mengupas  persoalan arah kiblat dilihat dari berbagai sisi dalam buku terbitan Tinta Medina, Solo, Desember 2011 ini. Penulis yang juga aktif membagi informasi keastronomian di situs Langit Selatan dan Kafe Astronomi ini, tidak hanya membahas persoalan kiblat dari sudut pandang agama saja. Tapi juga mengupasnya dari sisi sejarah, astronomi, dan kebumian. Itulah sebabnya saya lebih suka menyebut buku ini sebagai buku Astro-Religi (perpaduan sains/astronomi dan agama).

Di bab awal kita akan disuguhkan tentang sejarah Ka'bah. Mulai dari jaman Nabi Adam AS hingga kondisi Ka'bah sekarang. Penuturan yang komunikatif tentang sejarah Ka'bah membuat saya seakan bukan sedang membaca sebuah buku tentang penentuan arah kiblat, melainkan membaca buku sejarah Nabi dan Rasul. Pembahasan tentang sejarah Ka'bah dan bagian-bagiannya, termasuk tentang batu Hajar Aswad, kemudian  disambung dengan kisah Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha), yang juga pernah menjadi kiblat peribadatan umat muslim. Pembahasan terkait Baitul Maqdis ini tak lepas dari sebuah peristiwa penting yang kemudian dijadikan sebagai judul buku oleh penulisnya. Peristiwa saat Nabi Muhammad SAW mengimami shalat Zuhur pada suatu waktu yang kemudian menjadi titik momentum perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah, yang membuat Sang Nabi Pun Berputar.
Suguhan tentang astronomi dan kebumian akan banyak kita temukan di bab berikutnya. Mengingat latar belakang penulisnya yang banyak berkecimpung di dunia perbintangan, tak heran jika suguhan tentang hal ini cukup detil. Misal persoalan yang terkait dengan gerak presesi Bumi, gempa, medan magnet Bumi, gerak semu Matahari, hingga badai Matahari (solar storm). Fenomena-fenomena astronomi ini tentunya dituliskan di dalam buku karena korelasinya dengan penentuan arah kiblat. Seperti halnya peristiwa-peristiwa keagamaan (seperti penentuan awal Ramadhan misalnya) yang tak lepas dari ilmu perbintangan. Pembahasan beberapa fenomena astronomi ini menjadi latar belakang yang mendasari pembahasan tentang arah kiblat dan peralatan yang digunakan.  Oya, yang juga menarik, di dalam buku ada sedikit pembahasan terkait pembalikan kutub-kutub geomagnet yang juga ikut memicu munculnya isu kiamat 2012.
Di halaman judul tercetak jelas kalimat Arah Kiblat dan Tata Cara Pengukurannya, maka penulisnya pun tak lupa menuliskan tata cara pengukuran arah kiblat baik secara manual (salah satu contohnya dengan bayang Matahari) atau dengan menggunakan software (misal dengan Qibla Locator). Secara umum, buku ini cukup bagus untuk digunakan sebagai panduan pengukuran kiblat, karena tertulis cukup rinci di sana. Pada halaman lampiran juga disertakan daftar kiblat Kabupaten/Kota se-Indonesia dalam sistem azimuth (sistem arah dengan menggunakan derajat sudut, dimana utara = 0°, timur =90°, dst). Dalam tabel ini juga disertakan koordinat letak berdasarkan garis lintang dan bujur juga jarak tempat tersebut ke Ka'bah.
Sayangnya, gambar-gambar yang disajikan dalam buku ini banyak yang tidak jelas terlihat. Penyebabnya sepertinya karena gambar dicetak dalam format hitam putih, sedangkan gambar aslinya dalam format berwarna. Oya, satu hal yang mungkin bisa saya anggap sebagai "kritik" adalah tanggapan dari beberapa teman yang tidak memiliki basic ilmu fisika dan matematika. Perhitungan trigonometrinya gawe mumet katanya... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar